Tak Berkategori

My Second Pregnancy Story (Cerita Kehamilan Kedua Saya)

Mumpung masih ingat, mau cerita tentang trimester pertama kehamilan kedua saya dan beberapa review. Seperti biasa saya akan bercerita sesuai alur saja yaa, jadi mudah dipahami dan dibaca hehe.

September – Oktober 2016

Saya telat haid selama 17 hari.Terhitung sejak tanggal 19 September- 5 Oktober. Saat itu saya kira saya hamil. Karena 4x melakukan Testpack hasilnya 2 garis samar, yang berarti termasuk positif. Kemudian saya pergi ke RS Hermina Ciputat bertemu dengan Dr. Fahmialdi. Melalui USG Abdomen beliau mengatakan belum keliatan apapun di rahim saya. “Belum keliatan apa-apa ini Bu. Mungkin karena masih terlalu dini.” Kebetulan saya kontrol saat telat haid 6hari. Dr. Fahmi memberikan saya resep vitamin FOLAVIT dan obat penguat rahim Utrogestan 200mg.

Long story short… rupanya saya haid selama 7hari sejak tanggal 6 – 12 Oktober. Kecewa pasti, karena saya kira saya hamil rupanya hanya telat haid biasa. Tapi seumur-umur saya ngga pernah telat selama ini. Karena Suami, Mertua dan Ibu saya penasaran banget saya dipaksa untuk kontrol USG lagi. Biar yakin aja gitu kalau ngga ada apa-apa.

Review singkat tentang Dr. Fahmialdi, beliau ramah, baik dan cukup jelas dalam menjelaskan sesuatu kepada pasiennya. Cuma karena saya memang lebih prefer dengan Dokter Obsgyn perempuan, jadi saya memang tidak berniat jadi pasien tetap Dr. Fahmialdi ini (masih setia dengan Dr.Dewi Prabarini). Saat kontrol di RS Hermina Ciputat saya mengeluarkan biaya Rp. 475.000,- tanpa obat. Kalau sama tebus obat/vitamin mungkin sekitar 800 ribu keatas. Kebetulan saya biasa menebus obat di apotik dekat rumah yang jauh lebih ekonomis, hehe.

26 Oktober 2016

Akhirnya saya kontrol dengan Dr. Dewi Prabarini di RS Puri Cinere. Beliau memang Dokter Kandungan saya semenjak hamil pertama dan keguguran. Melalui USG TransVaginal, beliau mengatakan memang tidak ada kantung janin. Yang ada malah sel telur saya, karena lagi masa subur. “Nih telur kamu udah 19mm nih. Paling lusa udah siap dibuahi. Wah lagi masa subur nih… Ayo dong rajin.” Saya cuma cengengesan aja menanggapi nya. Beliau juga bilang ada kemungkinan saya telat haid karena saya makin gemuk. Jadi karena BB naik, pola makan berantakkan dan kurang sehat, mengakibatkan hormon dan haidnya jadi tidak teratur. Intinya beliau memastikan bahwa memang saya belum hamil saat itu dan kalau bisa saya diet. Kurangi BB agar cepat hamil dan hamilnya juga enak gitu katanya.

Kontrol di RS Puri Cinere menghabiskan biaya Rp. 625.000,- tanpa obat/vitamin yaa. Biaya Dr. Dewi Prabarini di RS Puri Cinere cukup bikin saya kaget sih. Sekitar Rp 300.000,- sendiri belum ditambah biaya USG, dll. Teman yang di Dr. Aswin Wicaksono saja ngga sampai segitu katanya. Cukup sekali mencoba kontrol di RS Puri Cinere, karena harganya ngga cocok sama saya. Balik lagi aja deh di RS Permata Depok yang masih saya sanggupin, hihi.

26 November 2016

Tepat sebulan setelah kontrol di Puri Cinere, tepat 2minggu juga saya telat haid lagi. Akhirnya saya TP karena udah 2minggu telat haid, coba deh habis sholat subuh. Dan hasilnya… positif. TP menunjukkan 2 garis tebal dan jelas berwarna merah.

Bismillahirrahmanirrahim… yaAllah jika benar ini amanah dari-Mu mohon dekatkanlah..


Langsung kontrol dihari yang sama dengan Dr. Dewi Prabarini di RS Permata Depok. Alhamduillah, kami positif hamil. Sudah bisa terlihat jelas kantung janin dan bakal janinnya. Masih kecil sekali, Dokter mengatakan sepertinya baru 4minggu masih sangat dini. Karena haid saya sempat tidak teratur siklusnya, jadi tidak bisa dihitung melalui HPHT. Dr. Dewi memberi rujukan untuk periksa Beta HcG Kuantitatif & Agregasi Trombosit. Rujukan tersebut untuk dapat mengetahui berapa kadar hormon HcG saya sehingga bisa ketahuan sudah usia kandungan berapa minggu sebenarnya. Kalau Agregasi Trombosit, guna untuk mengetahui apakah saya memiliki Pengentalan Darah atau tidak. Karena itu merupakan salah satu penyebab terjadinya keguguran berulang.

Btw ngomongin masalah cek lab atau cek darah, biasanya kalau kita cek lab di RS Swasta kan mahal yaaa. Saya mau kasih review singkat lagi nih, sekali lagi karena saya Ibu-Ibu yang ekonomis, saya survei dimana tempat cek lab yang cukup murah. Saya sudah survei dan buktikan sendiri kalau sejauh ini sih belum ada yang ngalahin murahnya RSCM Jakarta, hahahaha. RS Fatmawati yang RS Negri aja masih mahal dibanding RSCM lho! Laboratorium Prodia? Lebih mahal lagi. Kimia Farma? Sama, mahal juga. Pada umumnya biaya yang harus dikeluarkan untuk cek Beta HcG & Agregasi Trombosit jika dilakukan di RS Swasta, sekitar 800ribu keatas. Saya tau karena saya teleponin satu-satu ke RS dan Lab, wakakak niat yaaa. Sedangkan saya memilih cek lab di RSCM Jakarta dan hanya mengeluarkan biaya Rp. 365.000,- sajaaaaaa 🙂 See? saya hemat 400.000 lebih lhoooo 😀 Lumayan banget kaaaan bisa bakal beli yang lain (I feel youuu, bisa bakal beli skincare baru). Bahkan jika ada yang mau periksa TORCH, umumnya harganya itu bisa mencapai 2.5juta keatas lho. Di RSCM Jakarta hanya sekitar 1.5juta-an! Kalau hematnya bisa mencapai 50% sih, jelas pasti saya pilih yang lebih murah hehehe.

Dr. Dewi memberi resep Natavit (vitamin utk Ibu hamil), Cardio Aspirin (untuk Pengentalan Darah), dan Utrogestan 200mg (Penguat rahim selama trimester pertama). Nah, kalau biaya yang saya habiskan untuk kontrol di RS Permata Depok saat itu adalah Rp. 425.000,- tanpa obat/vitamin. Lebih murah kaaan dibanding RS Puri Cinere. Jadi kami memutuskan kembali rutin kontrol di RS Permata Depok saja, hihi.

1 Desember 2016

Selang seminggu saya kembali lagi ke RS Permata Depok untuk memberikan hasil Beta HcG & Agregasi Trombosit kepada Dr. Dewi. Alhamdulillah, hasil Agregasi Trombosit saya tertulis ‘Normal’. Untuk hasil Beta HcG Kuantitatif menunjukkan angka 206566, jika disamakan dengan tabel kira-kira sudah masuk usia 7minggu. Waaah, kaget banget! Ngga nyangka sudah 7minggu, hihihi.

Saat USG bisa dilihat janinnya sudah nambah 6mm, sedikit lebih besar dibanding minggu lalu. Dan makin surprise karena sudah bisa didengar detak jantungnya. MasyaAllah… bikin saya merinding. Dan mau nangis banget cuma malu sama Bu Dokter. Kata beliau “Merinding ya dengernya.. Nggapapa kok, nangis aja.” :’) Saat hamil pertama, kami juga sempat mendengar detak jantung calon anak kami. Namun detaknya sudah lemah sekali, pilu dengarnya… sampai akhirnya saya keguguran. Makanya yang sekarang tangis bahagia, karena suaranya yang kencang :’)

744
Sayangnya Bapak & Ibu. Kencang sekali degupmu, Nak! ❤

Saya pulang dengan bahagia, mengetahui bahwa calon anak kami tumbuh kembang dengan normal. Paling tidak untuk saat itu, saya masih bisa merasa senang.

————UPDATE MY PREGNANCY————

Tulisan diatas saya buat pada saat saya masih hamil, namun memang belum saya publish dan berbentuk draft. Karena saya ingin menunggu hingga 12minggu kehamilan ini, baru saya sharing sesuai judul yaitu Trimester Pertama Kehamilan ini. Tapi sudah saya ganti judulnya. Namun Allah berkehendak lain. Saya mengalami keguguran yang kedua kalinya, di usia kandungan perkiraan jalan 12minggu.

26 Desember 2016

Hari yang dinanti pun tiba. Dari rumah saya dan suami sudah kebayang akan lihat si jabang bayi di perut. Ngga sabar. Hari ini memang saya dijadwalkan untuk kontrol kandungan bersama dengan Dr. Dewi Prabarini. Namun, saya memilih kontrol dengan Dr. Riyana Kadarsari di  Bintaro Women and Children Clinic. Saya datang jam 8 pagi, tidak perlu menunggu lama nama saya dipanggil. Dokter memulai USG Abdomen yaitu melalui perut, cukup lama dokter diam dan diselingi dengan pertanyaan “Sekarang sudah berapa minggu, Bu?”. Dari layar TV saya bisa lihat janin yang ada di perut saya sudah jauh lebih besar dibanding 3minggu lalu. Saya bisa lihat jelas struktur kepalanya, bakal tangan dan kakinya. Tapi kok janinnya diam saja? Maksudnya saya tidak melihat adanya kelap-kelip dilayar yang menunjukkan detak jantungnya. Saya langsung istghfar, seketika pikiran langsung kemana-mana. Takut. Saya takut, saya trauma dengan suasana ini. Suasana saat dokter mencari-cari sesuatu yang hilang dilayar tampilan USG. Suasana saat air wajah dokter berubah untuk mempersiapkan kalimat senyaman mungkin, dalam menyampaikan bahwa ada sesuatu yang ganjil disini. Di dalam rahim saya.

Masih mencoba untuk menenangkan diri sendiri, lalu saya bilang “Lewat TransV saja, Dok. Mungkin kalau perut ngga begitu jelas.” Dokter mengiyakan sugesti dari saya. Tapi tetap hasilnya sama. Degup jantung dan suaranya tidak ditemukan. Kami cukup terpukul saat dinyatakan bahwa kami positif keguguran lagi. Dokter Riyana memberikan penjelasan panjang sekali dan jelas. Tapi saya ngga fokus. Pikiran saya cuma “Kenapa? Kok bisa? Kenapa? I was fine. Saya gak kenapa-napa kok. Ngga ada pendarahan ataupun nyeri. Saya baik-baik aja! Saya makan teratur bergizi, saya minum vitamin, saya selalu ajak bayi saya berdoa… Kenapa saya keguguran lagi?”

Saya sedih. Saya marah, kecewa. Tapi saya bisa apa? Kalau sudah begini, sudah diluar kuasa kami sebagai manusia. Kita hanya bisa ikhtiar, ikhtiar dan sisanya serahkan pada Tuhan. Itu urusan Tuhan. Kita sudah berusaha.

Dokter memberi pilihan cara untuk mengeluarkan janin tersebut. Bisa minum pil, dan nanti luruh dengan sendirinya. Atau mau langsung ditindak kuretase. Dan pada akhirnya saya memilih meminum pil yang diberikan Dokter untuk mengeluarkan janin. Saya ngga mau kuretase, pikir saya saat itu.

22 Januari 2017

Hari dimana saya merasakan sakit yang luar biasa. Dua minggu lalu Dokter memberi saya pil Misotab (pil untuk aborsi), dengan dosis induksi. Seharusnya minum selama 2hari saja cukup bikin saya mules-mules. Tapi ternyata berbeda dengan badan saya. Selama 2minggu saya tidak mengalami pendarahan, apalagi luruhnya janin di rahim saya. Nyeri atau mulespun tidak. Sampai akhirnya disaat subuh, hari ini, saya merasakan sakit bagian perut bawah dekat vagina saya. Awalnya saya cuek, karena sakitnya belum intens. Namun, seiring datangnya pagi, rasa sakit ini makin agresif. Nangis, merintih kesakitan, teriak-teriak ngga keruan, sudah ngga bisa nahan lagi sakit ini. Pokoknya itu adalah rasa tersakit yang pernah saya rasain seumur hidup saya.

Pukul 09.30 pagi saya dilarikan ke RS terdekat. Karena saya benar-benar sudah ngga kuat, dan hanya ingin rasa sakit ini hilang! Karena sakit sekali tapi tidak ada darah sama sekali yang keluar dari vagina saya, jelas saya heran. Sesampainya saya di RS terdekat dari rumah (jaraknya hanya hampir 2km), saya langsung menuju UGD. Dan baru banget masuk UGD hendak berbaring diatas matras rumah sakitnya, tiba-tiba saya merasa saya mengompol. Ada yg keluar dari vagina saya tanpa saya kehendaki. Darah mengalir ke lantai UGD, sampe tembus celana saya. Seketika langsung lemas. Dan cuma minta plis gimana caranya supaya sakitnya hilang!? Karena tidak ada Obsygyn jaga, jadilah bidan yang menghampiri saya. Saya diminta untuk melebarkan kaki, seperti posisi akan lahiran. Lalu bidan tersebut mencoba memasukkan jarinya ke vagina saya untuk mengambil sisa-sisa jaringan didalam yang masih nyangkut di mulut rahim. Sungguh ngga kebayang betapa sakit dan chaos nya hari itu.

Kemudian saya dirujuk untuk rawat inap, guna mempersiapkan tindakan kuretase keesokan harinya. Kenapa saya merasakan sakit luar biasa? Karena efek Misotab yang dokter berikan untuk induksi saya baru bekerja. Selama ini kok belum mules-mules? Karena dosis Utrogestan (penguat rahim) yang saya minum sebelumnya belum hilang total. Jadi Misotabnya kalah dengan Utrogestan. Alhasil jaringan yang mau luruh atau keluar dari rahim saya ketahan di mulut rahim yang belum terbuka. Itu rasa sakitnya luar biasa. Saya benar-benar trauma ngga mau ngerasain sakit itu lagi! And mostly people say, keguguran itu rasa sakitnya lebihhhh sakit dibanding lahiran. I don’t know for sure, karena saya belum pernah lahiran.

Ohya, review singkat Dr. Riyana Kadarsari. Another doctor who I fell with, ehehe. first impression saya terhadap beliau itu, orangnya santai banget yah. Ngga bikin panik gitu, jadi segala sesuatu dia sampaikan dengan tenang dan seolah itu bukan big probs. Penjelasannya juga jelas, dan nanya apapun dijawab sama dia dengan jelas. Jadi, kalau kita mau daftar untuk kontrol di BWCC dengan beliau itu harus min. seminggu sebelum jadwal. Dan beliau membatasi pasiennya hanya 6 orang /jam. Jadi 1 orang hanya punya waktu 10menit untuk konsul. Karena pasien beliau banyak bangetttt! Banyak Ibu-Ibu yang rela antriiii termasuk saya, haha. Tapi realitanya saat saya kontrol, saya didalam ruangan beliau lebih dari 10menit kok. Malah lama banget, karena Suami & Ibu saya nanya mulu.

Dokter Riyana itu pro gentlebirth juga loh, lahiran dengan minim trauma. Saya sempat ngobrol sama salah satu pasien beliau juga. Dia cerita kalau ada temannya yang juga merupakan pasien Dokter Riyana, yang sedang merencakan gentlebirth. Dan respon dari Dokter pun sangat baik, malah direkomendasikan untuk pake bidan yang bisa dipanggil ke rumah mendampingi gentlebirth. Keliatan banget ini Dokter ngga komersil yah. Bidan yang direkomendasikan oleh Dokter Riyana namanya Bidan Erie Marjoko. Itu loh bidan yang sama yang membantu persalinan penyanyi cantik Indonesia, Andien Aisyah. Kalau mau lebih tau googling saja nama bidannya nanti keluar banyak  yang membahas kok.

BWCC itu bukan Rumah Sakit, tapi Clinic. Yaaa tempatnya itu lebih kaya rumah 2lantai yang dijadikan Clinic umum untuk ibu hamil dan anak. Jadi kalau datang kesana jangan ngebayangin seperti Rumah Sakit pada umumnya yaaa, karena jauh berbeda. BWCC mendukung pemberian ASI Eksklusif, maka dari itu ada Kelas Laktasi. Ada juga Kelas Relaksasi Hypnobirthing dan Kelas Prenatal Yoga, yang dipandu oleh Mba Dyah Partitasari. Beliau juga merupakan seorang Doula, yaitu pendamping persalinan. Bagi yang suka baca atau cari tau mengenai pregnancy dan parentinghood pasti ngga asing sama nama-nama yang tadi saya bahas.

Bintaro Women & Children Clinic

Jl. Maleo Raya JC 1 No. 6

Sektor 9 – Bintaro Jaya

021 – 7450873 // 0812 85858895

Thankyou yang sudah mampir baca halaman ini. Semoga bisa membantu buat yang lagi browsing-browsing info, dan semoga berguna. It simply because sharing in a good way, is caring. xx

Satu tanggapan untuk “My Second Pregnancy Story (Cerita Kehamilan Kedua Saya)

Tinggalkan komentar